1.PACARAN
Pacaran merupakan proses perkenalan antara dua insan manusia yang biasanya berada dalam rangkaian tahap pencarian kecocokan menuju kkehidupan berkeluarga yang dikenal dengan pernikahan. Pada kenyataannya, penerapan proses tersebut masih sangat jauh dari tujuan yang sebenarnya. Manusia yang belum cukup umur dan masih jauh dari kesiapan memenuhi persyaratan menuju pernikahan yang telah dengan nyta membiasakan tradisi yang semestinya tidak mereka lakukan.
Pacaran ini bisa kita kenal dengan sebutan bakal jodoh, di dalam memilih bakal jodoh ini janganlah kita sampai terdorong oleh hawa nafsu birahi dan terpengaruh oleh jatuh cinta semata-mata. Hendaklah kebirahian itu ditempatkan di bawah pengawasan nilai-nilai lain.
2. PERTUNANGAN
a. Pengertian Pertunangan
Tuhan menumbuhkan di dalam hati keduanya suatu keyakinan, bahwa mereka telah ditentukan oleh Tuhan untuk hidup bersama-sama. Pertunangan ialah supaya pemudi-pemuda mendapat kesempatan untuk menyelidiki dan menguji kasih mereka. Pertunangan itu sebenarnya hanyalah merupakan pengumuman pernikahan yang telah dimufakati bersama untuk dilaksanakan.
b. Hakekat Pertunangan
Pertunangan yang baik adalah sewajarnya dimulai dengan suatu keputusan. Dua orang yang telah saling mengenal. Mereka itu kasih-mengasihi. Mereka telah menyatakan kasih mereka itu kepada satu sama lain. Mereka percaya, bahwa Tuhanlah yang mempertemukan mereka, dengan suatu keputusan yang penting yaitu bahwa mereka akan setia satu sama lain: bahwa mereka akan bersama-sama memasuki kehidupan; kecuali jika ternyata bahwa dalam soal-soal asasi mereka terlalu jauh berbeda untuk memulai kehidupan pernikahan. Jadi pertunangan adalah suatu masa-ujian dengan dasar kesetiaan. Ingat pertunangan bukanlah suatu permainan nafsu-birahi, dengan niat tersembunyi untuk mengulangi permainan itu dengan orang lain. Jika pertunangan itu baik dan patut, maka pada masa itu akan bernyala-nyalalah pengharapan kita, supaya kasih semakin mesara dan supaya keyakinan kita semakin teguh, bahwa kita sungguh-sungguh telah ditentukan oleh Tuhan akan menjadi suami-isteri.
c. Bolehkah Pertunangan dibatalkan?
Orang banyak mengatakan, bahwa pada hakekatnya pertunangan itu haruslah dipandang sama dengan pernikahan, kedua-duanya tidak boleh diputuskan, dibatalkan. Akan tetapi, pandangan itu tidak dapat dipertahankan. Karena pertunangan itu suatu masa-ujian, maka sudah seharusnya bahwa ada kalanya pertunangan itu lebih baik dibatalkan. Akan tetapi lewat pacaran dan ketika bertunangan kita melihat bahwa kita tidak dapat mewujudkannya lewat kesatuan hidup yang merupakan unsur hakiki dalam pernikahan, maka baiklah pertunangan itu dibatalkan, biarpun pembatalan itu akan memberi malu dan duka kepada kita. Akan tetapi, jika pertunangan itu dimulai dengan keputusan yang sungguh-sungguh dan tidak tergesa-gesa, maka pembatalanpun tidak akan banyak terjadi.
d. Pertunangan sebagai, Latihan Menyangkal Diri
Pertunangan adalah persiapan bagi perjuangan penyangkalan diri yang maksudnya ialah tidak mementingkan diri sendiri. Didalam pertunangan haruslah birahi itu tumbuh menjadi kasih. Janganlah kasih itu semata-mata berupa cinta-birahi, cinta yang hanya mengingini. Haruslah cina itu kasih yang melayani, dan kasih yang melayani itu wajiblah kita belajar mengenalnya di dalam sekolah latihan Kristus.
Kedua orang yang bertunangan itu haruslah belajar meninggalkan sikap saling berahasia dan haruslah mereka sanggup saling kenal-mengenal merekapun haruslah belajar menyatakan pribadi masing-masing dan sanggup menerima tegur-kasih, apabila terdapat kesalahan di dalam tabiat dan sikap-hidup mereka. Haruslah mereka belajar jangan sampai tindas-menindas, tetapi layan-melayani. Mereka harus saling belajar menanggung bersama-sama dalam dalam suka maupun di dalam duka. Mereka juga harus belajar menaruh minat kepada pekerjaan masing-masing, mereka harus berdoa bersama-sama, melakukan perjuangan bersama-sama. Maka masa pertunangan itu bukanlah masa yang mudah. Mengenai masa Pertunangan berlaku Firman Tuhan Yesus ialah “Barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapii barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkan nyawanya” Markus 8:35.
e. Layakkah Bersetubuh pada Masa Pertunangan?
Jika kita berpegang pada Firman Tuhan, maka pastinya kita akan menjawab dengan tegas; “tidak”! karena bersetubuh sebelum menikah, bagaimanapun juga, jika dipandang dari sudut Firman Tuhan, adalah suatu perbuatan merompongkan atau merusak persetubuhan yang sesungguhnya persetubuhan sebelum nikah adalah persetubuhan palsu, persetubuhan gelap. Persetubuhan adalah suatu penyerahan tubuh dan jiwa seorang kepada orang lain. Barangsiapa memisahkan pemuasan nafsu kelaminnya dari rangkaian perhubungan hidup seluruhnya, maka iapun merusakkan hidup.
f. Masa-pertunangan adalah masa persiapan kepada kehidupan seksuil
Pemuda dan pemudi yang bertunangan merasakan dan boleh merasakan bahwa dalam tubuh mereka ada kekuatan-kekuatan yang menunggu saat pernikahan untuk berkembang sepenuhnya. Sifat kehidupan seksuil ialah: kian bertambah mesra dari masa ke masa. Penyangkalan diri, pengendalian diri, hormat-menghormati, khidmat terhadap Tuhan, semuanya itu akan memberi petunjuk kepada pemuda-pemudi di dalam mencari jalan untu menyatakan kasihnya secara badani. Penyangkalan diripun menunjukkan kepada mereka batas-batas antara hubungan di dalam pertuunangan dan persetubuhan di dalam pernikahan.
g. Masa Pertunangan Jangan Terlau Pendek, tetapi Jangan Pula Terlalu Lama
Jika pertunangan itu dipandang sebagai masa-ujian dan masa persiapan, maka sudah selaknya jangan terlalu pendek masanya. Kedua orang yang bertunangan harus mendapat kesempatan untuk saling mengenal.
3. PERNIKAHAN
a. Pengertian Pernikahan
Pernikahan adalah bentuk kata benda dari kata dasar nikah; kata itu berasal dari bahasa Arab yaitu nikkah yang berarti perjanjian perkawinan; berikutnya kata itu berasal dari kata lain dalam bahasa Arab yaitu kata nikah yang berarti bersetubuh.Pernikahan adalah yang ditetapkan oleh Tuhan. Pernikahan adalah tata tertib suci yang ditetapkan oleh Tuhan, Khalik langit dan bumi; di dalam peraturan suci itu diaturNya hubungan antara pria dan wanita (Kej. 2:24). Pernikahan adalah upacara pengikatan janji nikah yang dirayakan atau dilaksanakan oleh dua orang dengan maksud meresmikan ikatan perkawinansecara norma agama, norma hukum, dan norma sosial. Upacara pernikahan memiliki banyak ragam dan variasi menurut tradisi suku bangsa, agama, budaya, maupun kelas sosial. Wanita dan pria yang sedang melangsungkan pernikahan dinamakan pengantin, dan setelah upacaranya selesai kemudian mereka dinamakan suami dan istri dalam ikatan perkawinan. Demikianlah janji nikah itu diikat di dalam lingkungan perjanjian kesetiaan Tuhan kepada umat manusia, sehingga pria dan wanita dapat saling melayani dan bersama-sama merayakan perayaan kehidupan yang dijalani untuk kemuliaan namaNya.
b. Pernikahan sebagai Persekutuan Hidup
Maksud Tuhan dengan pernikahan ialah supaya pernikahan itu menjadi suatu persekutuan hidup, yang meliputi seluruh kehidupan. Tuhan mengkhendaki, supaya dua itu menjadi satu. Satu di dalam kasih Tuhan, satu di dalam kasih-mengasihi, satu di dalam kepatuhan, satu di dalam menghayati kemanusiaan, satu di dalam kepatuhan, satu di dalam menghayati kemiskinan mereka, satu di dalam memikul beban pernikahan, satu di dalam pengabdian kepada Tuhan dan rencanaNya.
c. Prinsip Dasar Pernikahan
1. Kehendak Allah yang kekal ialah Allah yang menjadi dasar keluarga Kristen. Unit yang paling dasar disebut unit keluarga melalui pernikahan yang sah.
2. Penguasaan diri sebagai dasar relasi keluarga Kristen ialah manusia adalah satu-satunys mahluk yang memiliki dua sifat dasar dalam satu oknum yang sama yakni jasmani dan rohani. Orang yang tidak mengerti tentang kebebasan yang terbatas, selalu menganggap keluarga dan pernikahan sebagai penjara cinta. Tetapi orang Kristen yang mengerti sesungguhnya kebebasan bercinta yang dikontrol oleh hati nurani yang telah dikuasai oleh Roh Allah, pernikahan justru menjadi suaatu wadah bahagia dari keluarga.
3. Menghormati Pernikahan, baik orang yang sudah menikah atau yang belum menikah harus menghormati pernikahan. Karena merupakan pertemuan wanita dan pria dengan perjanjian untuk hidup bersama selamanya, ingat pernikahan bukan sekedar coba-coba atau permainan. “cinta yang sejati membutuhkan kaitan antara cinta dengan keutuhan dan cinta dengan kekekalan. Allah itu kekal dan Allah itu kasih. Itu sebabnya kekekalan adalah hakekat cinta dan cinta menuntut tanggung jawab yang kekal”.
d.Keluarga Kristen
Peran Suami dan Isteri; Allah telah menetapkan bahwa suami menjadi kepala keluarga. Hal ini memberikan hak kepada suami untuk secara egois mendominasi isteri dan anak-anaknya. Allah memanggil suami untuk mengasihi, melindungi, mencukupi kebutuhan, dan memimpin keluarganya sebagai kepala keluarga. Allah juga mengkhendaki agar isteri menyerah kepada pimpinan suaminya, Efesus 5:22-24. Yesus adalah kepala rohani dari gereja, dan isteri adalah aggota gereja, dan sama halnya dengan suami Kristen tetapi di dalam keluarga, suami Kristen adalah kepala dare isteri dan anak-anaknyam dan ia harus berserah kepada otoritas yang diberikan Allah. Di dalam pernikahan keluarga Kristen, kita memerlukan kesetiaan, setia sampai mati. Dari siapa lagi kesetiaan itu yang kita terima, jika tidak dari Tuhan Yesus sendiri, satu-satunya yang berkasih setia.
e. Seks dalam Pernikahan
Dalam perkawinan, manusia itu boleh menghayati kebahagiaan seksualitasnya dan melalui itu juga mendapat dan menerima suatu kepuasan yang dalam. Didalam Alkitab menyatakan bahwa hubungan seks harus dinikmati hanya oleh mereka yang telah menyatukan diri mereka dalam ikatan pernikahan yang telah menerima pemberkatan untuk seumur hidup. Walaupun orang Kristen dapat dicobai dan berzinah atau berselingkuh, ia akan merasakan hukuman dalam rohnya yang akan membawanya pada pertobatan. Seks adalah karunia/anugerah yang diberikan Allah, dan seks adalah hal yang suci atau bukan dosa selama dalam batas-batas pernikahan. Paulus mendorong para pasangan nikah Kristen untuk tetap telibat dalam hubungan seks, (1 Kor 7: 2-5; Amsal 5:18-19).
Bila pasangan suami dan isteri Kristen ingin menikmati hunbungan seks yang saling memberi kepuasan, maka keduanya harus memahami bahwa ada perbedaan yang besar karakter seksual antara pria dan wanita. Bila diperbandingkan, kualitas seksual pria lebih bersifat fisik, sedangkan kualitas seksual wanita terkait dengan emosinya. Secara seksual, pria mudah terangsang oleh stimulasi visual (Matius 5:28), sedangkan secara seksual wanita cenderung terangsang melalui sentuhan (1 Kor 7:1). Jadi isteri yang bijak selalu memperhatikan hal terbaik yang bisa dilakukannya untuk menyenangkan suaminya sepanjang waktu. Suami yang bijak menunjukkan perhatiannya untuk menyenangkan suaminya dengan memberi pelukan dan perhatian penuh, bukannya mengharapkan isteri untuk tetap “siap setiap saat”dalam sekejap dipenghujung hari.
Rahasia persetubuhan hanya boleh dialami bersama-sama dengan pasangan sendiri, yang kepadanya si suami/isteri telah mengikat dirinya seumur hidupnya. dari persetubuhan itu keluar suatu daya ikat. Kedua manusia itu telah membuka selubung rahasia masing-masing, merekapun bersetubuh dan selanjutnya bolehlah mereka mengalami rahasia itu setiap kali pada persetubuhan di dalam persekutuan pernikahan.
f. Anak-anak Keluarga Kristen
Anak-anak harus diajarkan agar tunduk dan taat pada orang tua, dan jika mereka tunduk dan taat, ada janji umur panjang dan berkat-berkat lain bagi mereka: Ef. 6:1; Ef 6:4. Anak yang tak pernah didisiplinkan akan tumbuh menjadi egois dan suka memberontak terhadap perintah (Amsal 13:24; 22:15; 23:13-14; 29:15). Ada beberapa aturan untuk mengasihi anak yaitu : Jangan membuat anak frustasi, jangan bandingkan anak dengan anak yang lain, memberi tanggung jawab, luangkan waktu bersama, jangan mengatakan kata yang tidak enak untuk di dengar, layani Allah dengan segenap hati, Ajarkan Firman Tuhan kepada anak.
Kesimpulan
Ketika kita dalam fase pacaran, kita bisa mengenal itu dengan masa perkenalan atau juga bakal jodoh, yang menunjukkan bahwa kita telah mencapai sikap yang dewasa untuk bisa merasakan jatuh cinta kepada orang lain/lawan jenis kita. Akan tetapi kita sebagai pemuda-i Kristen jangan menyalahgunakan kesempatan berpacaran ini untuk memuaskan akan hawa nafsu birahi kita. Karena pada masa berpacaran emosional kita kurang stabil dan mudah tergiur dengan godaan badani. Pertunangan ialah dimana kita sudah merasa cocok dengan pasangan kita, di saat itulah kita serius membicarakan akan kejenjang yang lebih serius yaitu ke tahap pernikahan. Pertunangan juga merupakan masa peralihan antara lamaran dengan pernikahan dan juga pengumuman resmi tentang maksud untuk menikah. Pernikahan ialah dimana kita telah mengirkarkan janji untuk setia sampai mati dihadapan Tuhan Allah dan telah diberkati sebagai sepasang suami dan istri yang akan membentuk sebuah keluarga kecil yang harmonis penuh dengan cinta kasih dan kedamaian dan juga pada saat pernikahan ini baru kita menyalurkan akan hubungan seksualitas sebagai pasangan suami isteri.
Daftar Pustaka
Verekuyl. J, Etika Kristen Seksuil. BPK Gunung Mulia: Jakarta 1957
Bons-Storm M, Apakah Pengembalaan itu. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012
http://id.wikipedia.org/wiki/pernikahan
2 Comments
Akhirnya bisa tau semuanya ..
ReplyDeleteThanks ☺😊
Senang dapat membantu :)
Delete