Bentuk-bentuk Pendidikan Agama Kristen (PAK)

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Pusat pendidikan PAK ada tiga, yaitu : Keluarga, masyarakat (jemaat), dan sekolah. Konteks PAK kita adalah kehidupan atau masyarakat yang majemuk, di era teknologi dan informasi yang begitu pesat dengan dampak positif dan negatifnya, perkembangan ilmu pengetahuan yang membawa perubahan pandangan termasuk norma dan nilai. Dunia kita mengalami proses liberalisasi dan demokratisasi, tetapi juga sekaligus fundamentalisme oleh kaum resisten. Profesi dipilah dengan spesialisasi namun tetapi tetap bersinergis. Dalam dunia teologi dan agama juga terjadi pergeseran karena penemuan baru dibidang arkeologi khususnya ditanah Palestina dan sekitarnya, serta kesadaran baru untuk bersikap kritis terhadap dogma dan mencari kebenaran kepada teks Alkitab kembali.

I.2 Rumusan Masalah
1. Jelaskan bentuk-bentuk PAK yang ada ?
2. Bagaimanakah bentuk-bentuk PAK dalam kehidupan kita ?
I.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini untuk memberikan informasi kepada pembaca mengenai bentuk-bentuk yang ada, dan juga khususnya bentuk PAK yang ada di dalam gereja.





BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Bentuk-bentuk Pendidikan Agama Kristen (PAK)
Dalam Pendidikan Agama Kristen (PAK), kita mengetahui PAK memiliki beberapa bentuk-bentuk yang ada. Ada beberapa bentuk PAK yang sering kita ketahui dalam kehidupan kita sehari-hari, PAK tidaklah akan berakhir dalam kehidupan seseorang. Seseorang menerima PAK dari dia kecil sampai lanjut usia, karena PAK itu dinamis. Mulai dari kelompok yang kecil hingga kelompok yang besar, bentuk PAK sendiri ada yang dalam bentuk formal dan non-formal seperti juga dengan jalur-jalur PAK.
Dalam PAK ada beberapa bentuk, diantaranya :
II.1.1 PAK dalam Keluarga
Keluarga adalah pusat pendidikan yang pertama dan utama, dengan orang tua sebagai pendidik. Lama sebelum ada pendidikan formal sekolah, keluarga sudah ada. Tanggung jawab orang tua sebagai pendidik, khususnya dalam hal iman atau agama tercatat dalam Perjanjian Lama (Ulangan 6), namun tanggung jawab ini umumnya diahlihkan kepada guru agama di sekolah maupun jemaat. hal ini disebabkan karena orang berpikir bahwa pendidikan adalah yang dilaksanakan secara formal saja, yakni yang dilakukan menggunakan bentuk skolastik, dengan kurikulum dan guru yang khusus. Hanya sedikit yang berpikir bahwa pendidikan dapat dilaksanakan tanpa kelas maupun kurikulum[1].
Keluarga Kristen adalah pemberian Tuhan yang tak ternilai harganya keluarga Kristenlah yang memang peranan yang terpenting dalam PAK, bahkan lebih penting pula dari segala jalan lain yang dipakai gereja untuk pendidikan itu. Baik anak-anak, maupun orang tuanya memperoleh berkat rohani besar di dalam keluarga yang dipimpin oleh Roh Tuhan. apabila keluarga itu disucikan dan dikuasai oleh Yesus Kristus sendiri, niscaya keluarga itu menjadi taat yang kuat dalam tangan Tuhan untuk memperkembangkan dan mematangkan pribadi Kristen yang luhur. Dengan demikian keluarga Kristen merupakan suatu persekutuan antara anak-anak dengan ayah dan ibunya (dengan kakek dan neneknya pula), yang sanggung menciptakan suasana Kristen sejati di dalam lingkungan mereka sendiri.
Keluarga mempunyai tempat yang mutlak dalam sejarah suci. Di Alkitab kita menyaksikan pentingnya keluarga yang dipakai oleh Tuhan sebagai saluran dan jalan keselamatan yang dirancangkan Tuhan bagi umat manusia[2].
II.1.2 PAK di Gereja
Di lingkungan Gereja memang sudah tersedia pedoman katekisasi namun belum terlaksana dengan baik. Selain perlu dievaluasi perlu dirumuskan warna teologi gereja khususnya GMIM yang dituangkan dalam pengakuan iman GMIM yang adalah sumber ketekisasi gereja. Teologi GMIM mengacu kepada teologi Calvin, namun di jemaat kita dapat melihat adanya warna pentakosta baru atau karismatik, tetapi juga fundamentalisme dan bahkan Roma katolik[3]
Dalam gereja ada beberapa bentuk pengajaran PAK, salah satunya yang paling menonjol adalah Katekisasi Sidi.
Katekisasi Sidi adalah salah satu bentuk dari beberapa katekisasi yang ada. Namun pada zaman ini ada bahaya-bahaya katekisasi sidi yang belakangan ini sering muncul dalam kehidupan jemaat diantaranyan :
a. Ketekisasi hanya dituruti para jemaat oleh sebab adat gereja menuntutnya.
b. peneguhan sidi itu sendiri saja yang menjadi tujuan dan pegangan seterusnya bagi calon-calon anggota Sidi jemaat.
c. pelajaran yang diberikan di katekisasi dianggap sudah cukup untuk seleruh hidup kemudian.
d. katekisasi gampang cendurung pada suasana sekolah. Para pelajarnya memang datang untuk belajar tetapi jangan hendaknya pengajaran itu bersifat intelektualistis atau dengan kata lain terlalu menitik beratkan pengetahuan otak[4].
Dalam katekisasi hendaknya pendeta dengan para calon Sidi jemaat bersifat ramah tamah bagaikan seorang bapa yang bercakap-cakap dengan anaknya, hubungan mereka harus mesra dan secara perseorangan. Jangan kita merasakan puas mengajar di depan kelask atekisasi saja, melainkan seharusnya kita mencari atau mengadakan kesempatan untuk bicara secara pribadi dengan masing-masing calon sendiri, karena mereka tidak boleh diterima secara otomatis saja menjadi anggota penuh dalam gereja, biarpun mereka sudah mengikuti pelajaran katekisasi dengan setia.
II.1.3 PAK di Sekolah
PAK di sekolah adalah salah satu bentuk pendidikan agama Kristen di samping katekisasi sidi, sekolah Minggu, dan PWG (pembinaan warga gereja), sehingga seharnya juga merupakan tanggung jawab gereja. Di Indonesia pendidikan agama dilihat sebagai bagian integral yang hakiki bagi pembangunan bangsa dan pencapaian tujuan pendidikan nasional. Akihbatnya gereja-gereja sering tidak memperdulikan penyelenggaraan PAK di sekolah-sekolah, terutama di sekolah negeri atau swasta yang non-Kristen, karena menganggap itu merupakan wewenang serta tanggung jawab sekolah atau pemerintah, bukan Gereja.
Banyak gereja yang belum memahami hakikat PAK di sekolah atau menyadari tanggung jawabnya atas PAK di sekolah. Hal ini tampak dalam strategi pelayannya, khususnya di bidang pendidikan atau pembinaan iman jemaat, yang umumnya belum mencantumkan PAK di sekolah dalam rencana program[5].
Dalam PAK di sekolah negeri mempunyai faedah dan bahayanya seperti :
            a. Dengan jalan ini gereja dapat menyampaikan Injil kepada banyak anak-anak dan pemuda-pemuda yang sukar dikumpulkan dalam PAK gereja sendiri, seperti dalam sekolah minggu atau katekisasi.
            b. Anak-anak yang menerima PAK di sekolah, akan merasa bahwa pendidikan umum dan agama itu bukan dua hal yang tak ada hubungannya, melainkan sebaliknya harus berjalan bersama-sama.
            c. Jikalau gereja tak mampu membiayai pekerjaan sekolah minggu dan sekolah Kristen secara besar-besaran, maka PAK di sekolah negeri itu banyak menolong gereja yang lemah secara keuangan.
            d. Dan akhirnya ada faedahnya bahwa dengan termasuknya pengajaran agama dalam rencana pelajaran umum, maka agama itu dengan sendirinya mulai merupakan suatu bagian mutlak dari kebudayaan segenap rakyat.
Akan tetapi di pihak lain jangan kita menutup mata bagi bahaya-bahaya yang terkandung dalam PAK di sekolah negeri, seperti :
            a. Ada kalanya pengajaran agama itu dijadikan sebagian yang resmi dari seluruh rencana pelajaran di sekolah.
            b. Apabila PAK itu diberikan dalam suasana sekolah umum besarlah bahanya pokok-pokok agama itu diajarkan sama seperti pokok-pokok lain yang direncakan sekolah itu.
            c. Oleh sebab itu sebaiknya kita waspada jangan sampai kita menurunkan derajat dan mengubah wujud PAK.
            e. boleh jadi murid-murid berpendapat bahwa PAK yang telah diterimanya di sekolah sudah cukup, sehingga kurang perlu mereka mengikuti pengajaran agama yang diselenggarakan gereja[6].

BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Pendidikan Agama Kristen jelas mempunyai ragam bentuk yang ada, baik lingkungan keluarga, gereja, maupun sekolah. Bentuk PAK pada umumnya adalah sangat penting, mempunyai saling keterkaitan baik keluarga gereja, maupun sekolah. Penggunaan bentuk-bentuk PAK harus diseimbangkan. Dalam bentuk PAK di dalam keluarga memiliki peranan yang penting bagi seseorang karena lingkungan keluargalah yang pertama mengajarkan tentang PAK itu sendiri. Tetapi gereja juga merupakan salah satu bentuk PAK yang penting bukan hanya sekedar mengikuti pengajaran gereja tetapi penerapannya harus terealisasi dalam kehidupan seseorang, begitupun dalam lingkungan sekolah PAK memiliki peranan yang cukup penting. Tetapi dalam lingkungan sekolah PAK memiliki beberapa bahaya dan faedah yang ada.
Implikasinya bagi kita sekarang ini, kita harus mampu menyelaraskan setiap bentuk PAK yang ada dalam kehidupan kita.






DAFTAS PUSTAKA
Homrighausen E.G & Enklaar I.H, Pendidikan Agama Kristen, BPK
Gunung Mulia, 1984.

Ismail, Andar, Pdt., Dr, Ajarlah mereka melakukan, BPK gunung
Mulia, 2004.

Catatan Pribadi dari : JEDIDAH T.POSUMAH-SANTOSA S.T.M




[1] Cat : JEDIDA T. POSUMAH-SANTOSSA S.T.M
[2] Dr E. G. Homrighausen & Dr I.H. Enklaar, Pendidikan Agama Kristen, 1984, hal 144-145
[3] Cat : JEDIDAH T. POSUMAH-SANTOSA S.T.M.
[4] Dr E. G. Homrighausen & Dr I.H. Enklaar, Pendidikan Agama Kristen, 1984, hal 126-128
[5] Ajarlah mereka melakukan : kumpulan karangan seputar pendidikan agama kristen, JEDIDAH T.POSUMAH-SANTOSA, hal 152
[6] Dr E. G. Homrighausen & Dr I.H. Enklaar, Pendidikan Agama Kristen, 1984, hal 168-169

Post a Comment

0 Comments

Close Menu