Tafsiran Lukas 10

BAB I
TEKS


LUKAS 10:1-12
Yesus mengutus tujuh puluh murid
1Kemudian dari pada itu Tuhan menunjuk tujuh puluh murid yang lain, lalu mengutus mereka berdua-dua mendahului-Nya ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungi-Nya. 2Kata-Nya kepada mereka: “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu. 3Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala. 4Janganlah membawa pundi-pundi atau bekal atau kasut, dan janganlah memberi salam kepada siapa pun selama dalam perjalanan. 5Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih dahulu: Damai sejahtera bagi rumah ini. 6Dan jikalau di situ ada orang yang layak menerima damai sejahtera, maka salammu itu akan tinggal atasnya. Tetapi jika tidak, salammu itu kembali kepadamu. 7Tinggallah dalam rumah itu, makan dan minumlah apa yang diberikan orang kepadamu, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Janganlah berpindah-pindah rumah. 8Dan jikalau kamu masuk ke dalam sebuah kota dan kamu diterima di situ, makanlah apa yang dihidangkan kepadamu, 9dan sembuhkanlah orang-orang sakit yang ada di situ dan katakanlah kepada mereka: Kerajan Allah sudah dekat padamu. 10Tetapi jikalau kamu masuk ke dalam sebuah kota dan kamu tidak diterima di situ, pergilah ke jalan-jalan raya kota itu dan serukanlah: 11Juga debu kotamu yang melekat pada kaki kami, kami kebaskan di depanmu; tetapi ketahuilah ini: Kerajaan Allah sudah dekat. 12Aku berkata kepadamu: pada hari itu Sodom akan lebih ringan tanggungannya dari pada kota itu.”












BAB II
LATAR BELAKANG

Pengantar Injil Lukas
Injil Lukas adalah kitab pertama dari kedua kitab yang dialamatkan kepada seorang bernama Teofilus (Lukas 1:1, 3 ; Kis 1:1). Injil ini adalah Injil ketiga dalam Perjanjian Baru yang dikarang oleh orang yang sama dengan yang mengarang Kisah Para Rasul menurut tradisi yang panjang.[1] Lukas mengisahkan kehidupan Yesus mulai dari kelahiran sampai kenaikan-Nya ke surga. Dibanding Injil-injil lain, Lukas terbilang terbilang yang paling lengkap dalam mengisahkan kelahiran Yesus. Tema utama yang diangkat Lukas adalah perhatian Yesus kepada orang-orang miskin.[2] Selain itu juga kepada orang yang menderita, yang miskin, yang “hilang”, yang berdosa.[3] Pengarang Lukas menggunakan Markus, Q, dan agak banyak bahan khusus sebagai sumbernya.[4]

Konteks Historis Yesus
Yesus lahir pada waktu Herodes Agung menjadi raja, kemungkinan besar pada tahun 6 SM. Ia hidup di Nazaret, dan sebagai seorang Yahudi yang saleh Ia menuruti hukum dengan penuh semangat. Sekitar tahun 27 atau 28 M, Ia dibaptis oleh Yohanes dan mulai tampil di depan umum. Ketika Yesus tampil, Palestina dibawah kekuasaan pemerintahan Roma. Rasa benci terhadap penjajah mulai memuncak dimana di zaman itu orang-orang mulai berpikir tentang Mesias dalam rangka harapan keselamatan. Mesias digambarkan sebagai utusan Allah, seorang pahlawan yang akan menyelamatkan Israel. Muncullah suatu gerakan mesianik yang dibentuk oleh Yohanes. Yohanes menyatakan akan datangnya seorang yang akan melaksanakan pengadilan Allah atas Israel ini.
Setelah dibaptis, Yesus meneruskan pesan yang sudah diserukan oleh Yohanes. Ia mengatakan Allah segera bertindak dan menuntut agar orang bertobat. Yesus menjalani kehidupan dengan bersabda. Cara hidupNya seolah-olah tidak mengindahkan kaidah-kaidah umum yang berlaku misalnya dengan menyembuhkan orang pada hari Sabat, bergaul dengan orang berdosa, dsb. Bagi orang-orang Yahudi yang saleh, sepak terjang Yesus yang seperti itu mengganggu keagamaan mereka. Yesus terang-terangan menghujat Allah, menurut pandangan mereka. Dengan gaya hidup seperti ini, tak heran kalau pertentangan dengan orang Farisi semakin tajam. Yesus mengecam mereka karena mereka merasa memiliki hak istimewa di hadapan Allah dan menganggap orang lain terkutuk dan berdosa. Perselisihan mencapai puncak ketika Yesus pergi ke Yerusalem untuk merayakan Paskah. Paskah bagi orang-orang Yahud semacam hari kemerdekaan. Pada hari itu mereka memperingati hari pembebasan Israel dari perbudakan Mesir. Paskah juga dinyatakan dalam keyakinan bahwa akhirnya Tuhan akan membebaskan umat-Nya dari penjajah. Keadaan seperti ini rupanya dimanfaatkan oleh musuh-musuh Yesus untuk melaksanakan niat mereka. Yesus akhirnya dihukum mati oleh pengadilan agama dan disalib atas izin pemerintah Roma sekitar tahun 30 M.

Konteks Historis Penulis
·         Penulis
Penulis kitab Injil Lukas adalah Lukas, salah seorang rekan kerja Rasul Paulus. Ada dugaan kuat bahwa Lukas adalah sama dengan Lukius dari Kirene yang berada di Antiokhia bersama-sama dengan Paulus dan Barnabas sebagaimana tercatat dalam Kisah Para Rasul 13:1.[5] Ia menulis Injil Lukas layaknya seorang sejarawan atau penulis biografi Yunani dan Romawi pada masa itu. Banyak yang berpendapat bahwa penulis Lukas agaknya bukan seorang Yahudi, dimana ia hidup diluar Yudea.[6]
·         Penerima/pembaca
Kitab ini ditulis kepada Teofilus, yang dalam bahasa Yunani berarti ‘pengasih Allah’. Ia mungkin seorang sahabat atau mungkin seorang terhormat yang mendukung pewartaan dari penulis.[7]
·         Waktu dan tempat penulisan
Waktu penulisannya mungkin dalam generasi Kristen ketiga, sekitar tahun 90 M.[8] Menurut Streeter dan ahli lainnya, Lukas mungkin mengumpulkan sebagian bahan bagi Injilnya dari jemaat di Kaisarea, walaupun naskah terakhirnya mungkin ditulis di Roma.[9]
·         Tujuan penulisan
Penulis Injil Lukas menyatakan bahwa dia telah “menyelidiki segala peristiwa itu dengan saksama dari asal mulanya dan mengambil keputusan untuk membukukannya dengan teratur” (1:3) tentang peristiwa Yesus.[10] Selain itu penulis ingin menulis catatan sejarah untuk mengisahkan suatu pribadi yang unik, yakni Yesus Kristus.[11]





BAB III
HERMENEUTIK


Pokok-pokok pikiran
·         Ayat 1-4:         Pengutusan dan persiapan
·         Ayat 5-6:         Tentang Salam
·         Ayat 7-8:         Upah pekerja
·         Ayat 9-12:       Inti pemberitaan

Kata kunci
Ø  Mengutus: menyuruh orang pergi, mengirimkan suruhan, wakil dan sebagainya
Ø  Tuaian: yang akan dituai; menggambarkan orang-orang yang siap masuk ke dalam kerajaan Allah
Ø  Pekerja: yang bekerja; orang-orang yang di utus memberitakan Injil atau kabar baik kepada ‘tuaian’ yang ada[12]
Ø  Anak domba: dalam beberapa tulisan apokaliptik domba adalah wujud yang ditentukan untuk mengalahkan kejahatan dan dosa yang digambarkan dengan binatang buas
Ø  Serigala: binatang buas dan ganas yang suka mengembara sendiri, keganasannya sangat ditakuti[13]
Ø  Pundi: kantung kecil tempat uang dsb
Ø  Kasut: sepatu/sendal[14]
Ø  Upah: upah kerja di Israel dibayarkan harian sebelum matahri terbenam
Ø  Sodom: kota tempat Lot tinggal, dimana menurut cerita merupakan kota maksiat

Tafsiran

Ayat 1
Kemudian dari pada itu (atau lebih sederhana ‘setelah itu’): Kata-kata ini menunjuk kepada perikop di atas bagaimana dibicarakan sikap orang orang dalam mengikuti Yesus. Ketujuh puluh orang yang diutus yang disebut dalam ayat ini dapat dianggap tidak mempunyai sikap ragu-ragu seperti orang-orang di perikop sebelumnya. Tuhan: artinya yang kuasa dan wewenang-Nya diakui sepenuhnya. Menunjuk tujuh puluh murid yang lain: ini berarti selain dari yang dua belas orang yang sebelumnya sudah di tunjuk Tuhan memilih tujuh puluh pengikut lagi, yang jelas menunjukan bahwa ke tujuh puluh pengikut ini merupakan tambahan dari yang sudah ada. Ada catatan yang mengatakan bahwa dalam beberapa naskah Yunani kuno lainnya ada pula yang mengatakan tujuh puluh dua. Perlu diketahui bahwa angka tujuh puluh merupakan angka yang penting di kalangan bangsa Yahudi misalnya tujuh puluh para tua-tua Israel (Kel 24:1, Bil 11:16). Tidak diketahui apakah diantara yang ketujuh puluh itu ada juga perempuan atau tidak. sebaiknya dipakai istilah yang netral, sehingga dapat berarti laki-laki atau perempuan. Mengutus atau “menugaskan berdua-dua” atau “dua orang dalam satu kelompok”: setiap kelompok tentu pergi ke kota atau kampung dan tempat yang berbeda. Selain untuk bekerja sama dengan baik, pengutusan berdua-dua juga merupakan penegasan kesaksian dalam kehidupan masyarakat Yahudi. Dengan berdua-duaan maka iman dan hikmat menjadi dua kali lipat, sekaligus juga seorang kawan dapat memberikan dukungan keberanian.

Ayat 2
Tuaian memang banyak: ini adalah kiasan yang menggambarkan bahwa sudah banyak orang siap untuk dibawa masuk ke dalam kerajaan/pemerintahan Allah. Hal ini dilakukan dengan memberitakan Injil atau kabar baik. Kiasan tersebut diambil dari lingkungan pertanian, yang menggambarkan suatu keadaan yang mendesak, karena musim menuai sudah tiba dan kalau kesempatan yang baik itu tidak di pergunakan maka tuaian akan gugur, dan sang petani akan rugi. Tetapi pekerja sedikit: kata penghubung tetapi menunjukan suatu perbedaan yang tajam antara banyaknya tuaian dan sedikitnya pekerja. Yang dimaksud dengan pekerja ialah pekerja untuk menuainya. Tuan yang empunya tuain dapat di terjemahkan menjadi: “pemilik ladang yang hendak di tuai”. Yang dimaksudkan sebagai pemilik adalah Allah. Mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu atau “menyuruh orang-orang untuk menuai di ladangNya“: Dalam bahasa-bahasa tertentu mungkin ada istilah-istilah khusus untuk pekerja-pekerja yang menuai hasil pertanian tertentu, atau kadang-kadang tergantung dari alat yang mereka pakai untuk menuai. Misalnya orang yang menuai dengan memakai “sabit” atau “ketam” atau” ani-ani “ disebut “ pengetam “.

Ayat 3
Pergilah: sekarang berangkatlah. Sesunggunya Aku mengutus kamu: ketahuilah bahwa Aku mengutus kalian. Seperti anak domba ke tengah-tengah serigala: Yesus menggambarkan pengikut-pengikutnya bagaikan anak domba yang lemah dan orang-orang lain yang mereka hadapi bagaikan serigala yang ganas (kata Yunani yang diterjemahkan sebagai serigala disini berbeda dengan “serigala” yang disebut dalam Lukas 9:58). Kata serigala dapat pula di terjemahkan menjadi: anjing hutan yang ganas. Orang percaya yang mengikuti kehendak Allah dengan setia akan terancam banyak bahaya. Mereka akan menjadi seperti anak domba yang tak berdaya di tengah-tengah serigala. Karena menyadari hal ini, maka pengikutNya harus berdoa memohon kehadiran, perlindungan dan bantuan Allah.[15]

Ayat 4
Pundi-pundi: dompet atau istilah umum seperti tempat uang. Bekal: yang dimaksud ialah kantong atau tas yang biasa dibawa oleh orang yang bepergian sebagai tempat perbekalan. Kasut atau “ sandal” yang terbuat dari bahan kulit yang di kenakan untuk melindungi kaki. Yesus tidak melarang memakai sandal atau sepatu, tetapi yang di larang ialah membawa sepatu cadang atau tambahan. Maksud dari seluruh perintah ini ialah agar mereka jangan membawa barang-barang atau pesediaan yang biasanya dianggap sangat penting dalam perjalanan. Mereka sepenuhnya harus bergantung pada pemeliharaan Allah.  Janganlah memberi salam kepada siapapun selama dalam perjalanan: yang dilarang ialah memberi salam selama dalam perjalanan. Maksudnya ialah bahwa mereka harus langsung pergi ke tujuan mereka dan jangan gara-gara memberi salam secara berlebihan, mereka terlambat atau terhalang sampai ke tujuan.

Ayat 5
Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah terlebih dahulu: ini dapat di susun menjadi: sebelum kalian masuk ke rumah seseorang katakanlah (begini). Damai sejahtera bagi rumah ini: Ini adalah salam yang biasa di ucapkan oleh orang Yahudi. Damai sejahtera adalah terjemahan dari bahasa Yunani yang berarti tenang, aman, tanpa permusuhan, sehat, makmur atau sejahtera. Inilah yang diharapkan terjadi pada setiap orang yang ada dalam rumah itu. Rumah ini berarti salam sejahtera bagi seluruh keluarga yang berada di dalam rumah tersebut. Dalam beberapa bahasa, salam ini mungkin akan menjadi: ”semoga Tuhan memberkati kalian sekeluarga”, atau ”semoga semuanya baik bagi kalian”. 

Ayat 6
Dan jikalau disitu ada orang yang layak menerima damai sejahtera: terjemahan harfiah dari bahasa Yunaninya adalah sebuah kiasan, yaitu “kalau disitu ada anak damai” (KJV: son of peace). Arti dari kiasan ini ialah: “ kalau ada orang yang cintai damai”‘ atau “orang yang suka damai”. Ungkapan itu dapat menjadi: “jika seorang pencinta damai ada di rumah itu”. Ini adalah ungkapan Ibrani yang mengandung arti: yang berminat kepada damai yang datang dari Allah, yang kesejahteraan rohani dan jasmani Kerajaan Allah yang sedang dimaklumkan. Salammu itu akan tinggal atasnya: kata salammu di uraikan lebih jauh menjadi ‘salam damaimu itu’. Maksudnya ialah bahwa “Allah betul-betul akan membuat keluarga itu damai dan sejahtera”. Tetapi jika tidak: selengkapnya ungkapan ini berarti “tetapi jika di dalam rumah itu tidak ada orang cinta damai”. Salammu itu kembali kepadamu: dalam kalimat berita ini juga menjadi kalimat perintah tariklah kembali salam damaimu itu. Melihat bentuk bahasa Yunaninya, maka pernyataan ini dapat berarti “salam itu kembali padamu”.

Ayat 7
Tinggallah dalam rumah itu: yang di maksud dengan rumah itu ialah rumah yang menerima mereka, rumah yang penghuninya cinta perdamaian oleh karena itu, terjemahannya dapat di buat menjadi: tinggallah dalam rumah orang yang mau menerimah kalian.  Makan dan minumlah apa yang diberikan orang kepadamu: Kata diberikan lebih cocok kalau diganti dengan ‘dihidangkan’ dalam bahasa Indonesia karena ini berkaitan dengan makan dan minun. Jadi, ungkapan ini dapat di buat menjadi: “makan dan minumlah apa yang di hidangkan orang kepadamu”. Ini adalah suatu ungkapan supaya baergembira untuk memperoleh apa yang dihidangkan kepada mereka.
Sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya: ini adalah sebuah pepatah yang umum. Pepatah ini dimaksudkan untuk memberikan semangat kepada pengikut-pengikut Yesus bahwa walaupun mereka tidak membawa bekal dalam perjalanan kebutuhan mereka akan di cukupi. Patut dapat juga diterjemahkan menjadi: ”layak” atau “wajar” atau berhak. Kata upah juga berarti “imbalan”. Walaupun upah dapat berarti sejumlah uang yang di bayarkan bagi seorang pekerja, dalam konteks ini bukan itu yang dimaksud, tetapi kebutuhan sehari-hari yang cukup. Janganlah berpindah-pindah rumah: Jangan berpindah-pindah dari satu rumah kerumah yang lain. Ada berbagai alasan untuk berpindah dari satu rumah ke rumah yang lain, misalnya: karena takut telalu membebani tuan rumah karena di undang oleh orang lain; atau merasa kurang puas atas pelayanan tuan rumah. Apapun alasannya mereka tidak boleh meninggalkan rumah yang mula-mula menerima mereka, sebab hal itu akan dipandang tidak sopan di mata orang-orang yang telah menerima mereka sebelumnya.

Ayat 8
Disini perhatian dialihkan ke kota-kota yang akan mereka kunjungi sedangkan ayat lima sampai tujuh bagaimana sikap mereka terhadap rumah atau keluarga yang mereka temui. Diterima:  diterjemahkan dengan disambut. Kata ini agaknya terlalu berlebihan karena disambut dapat memberi kesan bahwa ada upacara penyambutan atau disambut dengan ramai-ramai. Oleh karena itu lebih baik memakai kata diterima. Kalimat pasif dapat juga di ubah menjadi kalimat aktif misalnya: ”kalau kalian masuk ke sebuah kota dan orang menerima kalian (dengan baik) di kota itu...”, “orang meminta kalian tinggal bersama mereka”, “orang mengajak kalian singgah“. Makanlah apa yang dihidangkan kepadamu: ungkapan ini hampir sama dengan yang di katakan dalam ayat tujuh tetapi di sini tidak disebutkan ”minum”. Ungkapan ini dapat disusun ulang menjadi: ”makanlah apa yang orang hidangkan kepada kalian” atau: ”makanlah makan yang orang hidangkan kepada kalian tanpa ragu-ragu”.

Ayat 9
Dan sembuhkanlah orang-orang sakit yang ada di situ: mereka diperintahkan untuk menyembuhkan orang-orang yang sakit. Tuhan memberi kuasa kepada mereka untuk menyembuhkan. Katakanlah kepada mereka: ini berarti bahwa yang di maksud dengan mereka bukan hanya orang sakit yang disembuhkan itu tetapi juga semua penduduk kota itu. Bagian awal ayat ini dapat di terjemahkan menjadi: “sembuhkanlah orang-orang yang sakit di kota itu dan beritakanlah kepada penduduk kota itu”. Kerajaan Allah sudah dekat padamu: Kerajaan Allah dapat di terjemahkan menjadi: ”pemerintahan Allah”. Kadang-kadang kerajaan Allah berarti kenyataan hidup yang dapat dialami pada masa kini sebagai pengikut Yesus Kristus pada masa yang akan datang, dan kadang-kadang berarti kehidupan kekal yang sejati bersama Allah. Sudah dekat padamu menurut bahasa Yunaninya ungkapan ini berarti: ”sudah tiba” atau” sudah ada di sini”. Jadi ungkapan ini dapat juga di terjemahkan menjadi: ”sudah tiba saatnya Allah memerintah sepenunya atas kalian” atau ”waktunya sudah tiba Allah menjadi Raja bagi kalian”. Pada ayat ini ingin menyatakan bahwa Kerajaan Allah sudah dekat kepada mereka yang mendengarkan pemberitaan murid-murid itu, dan mereka dapat mengalami kuasa kerajaan itu apabila mereka menyambut kerajaan itu.[16]

Ayat 10-11
Dalam kedua ayat ini Yesus memberikan petunjuk bagaimana seharusnya tindakan pengikut-pengikutnya terhadap kota-kota yang tidak mau menerima mereka. Mereka harus memberikan peringatan secara terbuka dan terang-terangan kepada penduduk kota itu. Pergilah ke jalan-jalan raya kota itu: maksudnya ke tempat terbuka di mana orang banyak bisa melihat dan mendengar apa yang mereka katakan. Serukanlah: katakanlah dengan suara yang keras. Juga debu kotamu yang melekat pada kaki kami, kami kebaskan di depanmu: mengebaskan debu dari kaki adalah suatu cara untuk menunjukan suatu penolakan dan peringatan terhadap orang atau penduduk kota yang dimaksud. Ungkapan ini dapat disusun ulang menjadi: ”kami membersihkan debu kota ini dari kaki kami untuk memperingatkan kalian” atau ”... dari kaki kami sebagai suatu peringatan bagi kalian”. Tetapi ketahuilah ini: kerajaan Allah sudah dekat: ingin menunjukkan bahwa meskipun penduduk kota tersebut sudah menolak mereka, mereka ingin memperingatkan bahwa kerajaan Allah sudah dekat.

Ayat 12
Aku berkata kepadamu dapat berarti ingatlah. Kata-kata ini dan ucapan berikutnya adalah kata-kata Yesus kepada pengikutnya-pengikutnya. Pada hari itu: yang dimaksud ialah pada waktu Allah menghakimi dunia ini . Terjemahannya dapat menjadi: “pada akhir zaman”. Sodom adalah sebuah kota yang terletak dekat laut mati yang dihukum dan dihancurkan dengan cara dibakar habis oleh Allah dengan api karena kejahatan penduduknya (Kejadian 19). Sodom akan lebih ringan tanggunganya: “hukuman atas penduduk kota Sodom akan lebih ringan dari pada hukuman terhadap penduduk kota itu”, atau dapat dibalikkan, “hukuman atas penduduk kota itu lebih berat dari pada hukuman atas penduduk kota Sodom”.









BAB IV
PESAN TEKS

Bagi pembaca mula-mula


Bagi pembaca di zaman sekarang
Sebagai pengikut Kristus, kita harus senantiasa taat kepada-Nya. Ketika Tuhan Yesus memberi perintah pada kita, itu berarti Dia memberikan jaminan penyertaan sehingga kita tidak perlu kuatir akan kebutuhan-kebutuhan yang ada. Setiap orang percaya seharusnya membawa damai sejahtera dimanapun dia berada dan senantiasa menjadi berkat bagi setiap orang yang dilayani.
Dengan ini juga kita diajarkan untuk senantiasa menghormati setiap hamba Tuhan yang melayani dengan menyiapkan kebutuhannya sesuai dengan kemampuan kita. Sebagai utusan Tuhan, orang percaya memiliki otoritas rohani dalam Kristus sehingga penolakan terhadap utusan Tuhan sma halnya dengan menolak Sang Pengutus.























DAFTAR PUSTAKA

1.      Browning, W. R. F. Kamus Alkitab: A Dictionary of the Bible. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2012
2.      Alkitab Edisi Study. Jakarta: LAI. 2012
3.      Drs. Duyverman, M. E. Pembimbing ke dalam Perjanjian Baru. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2012
4.      Marxsen, Willi. Pengantar Perjanjian Baru: Pendekatan Kritis Terhadap Masalah-masalahnya. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2012
5.      Asimov, Isaac. Asimov’s Guide to the Bible: The New Testament. New York: Doubleday. 1969
6.      Drane,  John. Memahami Perjanjian Baru: Pengantar Historis-Teologis. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2012.
7.      Bahan Ajar Hermeneutik PB II (Injil Sinoptis). Pdt. Mariani Ch. Tampemawa, M.Th
8.      Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Terbit Terang. 2001
9.      Pdt. Dr. Samuel B. Hakh. Pemberitaan Tentang Yesus: Menurut Injil Sinoptik. Bandung: Jurnal Info Meda. 2008.
10.  alkitab.sabda.org



[1] W.R.F. Browning. Kamus Alkitab: A Dictionary of the Bible. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2012. Hlm. 244
[2] Alkitab Edisi Study. Jakarta: LAI. 2012. Hlm. 1658-1659
[3] Drs. M.E.Duyverman. Pembimbing ke dalam Perjanjian Baru. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2012. Hlm. 58
[4] Willi Marxsen. Pengantar Perjanjian Baru: Pendekatan Kritis Terhadap Masalah-masalahnya. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2012. Hlm. 186
[5] Isaac Asimov. Asimov’s Guide to the Bible: The New Testament. New York: Doubleday. 1969
[6] Alkitab Edisi Study. Jakarta: LAI. 2012. Hlm. 1659
[7] Alkitab Edisi Study. Jakarta: LAI. 2012. Hlm. 1658
[8] Willi Marxsen. Pengantar Perjanjian Baru: Pendekatan Kritis Terhadap Masalah-masalahnya. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2012. Hlm. 194
[9] John Drane. Memahami Perjanjian Baru: Pengantar Historis-Teologis. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2012. Hlm. 212
[10] Alkitab Edisi Study. Jakarta: LAI. 2012. Hlm. 1658
[11] Bahan Ajar Hermeneutik PB II (Injil Sinoptis). Pdt. Mariani Ch. Tampemawa, M.Th
[12] Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Terbit Terang. 2001. Hlm. 579
[13] W.R.F. Browning. Kamus Alkitab: A Dictionary of the Bible. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2012. Hlm. 22
[14] Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Terbit Terang. 2001. Hlm. 352, 238
[15] alkitab.sabda.org. Diakses 7 Mei 2015.
[16] Pdt. Dr. Samuel B. Hakh. Pemberitaan Tentang Yesus: Menurut Injil Sinoptik. Bandung: Jurnal Info Meda. 2008. Hlm. 57

Post a Comment

0 Comments

Close Menu